"Kenapa tidak bisa mengembangkan proyek pembangkit listrik tenaga angin alasannya yah itu (Tolak Angin)," ucap Dahlan sambil tertawa menjawab pertanyaan wartawan mengenai pengembangan PLTB di Indonesia di Gedung PLN Pusat, Jakarta, Selasa (19/3).
Meski demikian, Direktur Utama PLN, Nur Pamudji yang berada di tempat yang sama mengamini perkataan Dahlan. Namun alasan Nur Pamudji beralasan karena angin di Indonesia tidak bisa diprediksi dan belum adanya alat untuk mengukur angin di Indonesia.
"Kita harus punya data dalam setahun itu apa saja kapan saja angin bertiup. Saya pernah mendapatkan data kalau pantai di Jogja ada angin dari jam 9 pagi sampai 9 malam. Saya dengar itu surprise sekali. Dan kita harus ada data mengukur angin itu minimal setahun. Data angin dan selama minimal 1 tahun," ucap Nur.
Mantan Direktur Energi Primer PLN itu menjelaskan negara-negara di Eropa memang telah menerapkan pembangkit listrik tenaga angin karena mereka mempunyai data angin dan tower pembangkit sendiri tingginya mencapai 150 meter. Listrik ini juga digunakan untuk menggantikan listrik tenaga fosil dan batu bara.
"Negara-negara di Eropa sudah. Membuat alat pembangkitnya itu mahal kalau industri nggak bisa tergantung banyaknya angin. Jawa Bali nggak bisa dan sekarang kita masih lebih baik gunakan batu bara," tutupnya.
Saat ini, Indonesia baru mempunyai satu PLTB yaitu di Sukabumi dengan kapasitas 50 megawatt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar